Salam Bahagia, Sahabat Lage💞
Ikut meramaikan April Challenge Grup Cakrawala Bloger Guru Nasional di hari ke 7 dengan G sebagai huruf awal judul.
Ini dia "Goresan Pena Kartini, Inspirasi Menulis"
“Cukup dengan goresan pena, kita bisa mengubah dunia", sebuah kalimat ungkapan yang pernah kubaca. Ungkapan yang menunjukkan bahwa pena mempunyai kekuatan. Ungkapan yang mengingatkan pada perjuangan R.A. Kartini pahlawan nasional wanita Indonesia. Pahlawan emansipasi wanita, berjuang untuk kesetaraan gender dan juga memperjuangkan hak-hak wanita, terutama dalam hal pendidikan. Bagaimana ketika ia dipingit tidak boleh keluar rumah, tidak boleh bersekolah lantas tidak membuatnya diam begitu saja. Kartini mulai menulis, menulis segala apa yang ia pikirkan, keresahan-keresahan hatinya diluapkan melalui pena kemudian tulisannya itu ia kirimkan ke sahabatnya. Salah satunya Nyonya Abendanon-Mandri, yang tak lain adalah istri dari Mr. Abendanon, Menteri Pendidikan dan Kerajinan Belanda pada 1890 yang ada di Belanda. Melalui goresan pena mampu menembus tembok tinggi dan tebal di sekelilingnya.
“Betapa luasnya rumah dan halaman kami, namun jika kami harus selalu tinggal di situ, akhirnya sesak juga rasanya. Teringat oleh saya, karena rasa putus asa yang tidak terhingga berulang kali saya mengempaskan badan pada pintu yang selalu tertutup dan pada dinding batu dingin itu. Kearah manapun saya pergi, akhirnya setiap kali saya sampai pada dinding batu atau pintu terkunci” Itulah isi surat Kartini pada Estelle Zeehandelar bertanggal 6 November 1899, menceritakan perasaannya saat pertama kali menjalani pingitan. (Sisi Lain Kartini, Prof. Dr. Djoko Marihandono dkk). Rumah besar berhalaman luas dengan tembok-tembok tinggi dan tebal di sekelilingnya menjadi kurungan yang memutuskan hubungan Kartini dengan dunia luar. Betapa indah dan dan luasnya sebuah kurungan, bagi burung yang tinggal di dalamnya tetaplah kurungan yang membatasi ruang geraknya.
Masa pingitan menjadi masa yang penuh dengan kesedihan dan kesunyian, karena tidak ada yang mendukung apalagi membela gagasan-gagasannya untuk membela kaum perempuan. Kartini mencoba menerima nasibnya sebagai perempuan, tapi karakternya yang selalu menentang ketidak adilan menyadarkannya. Kartini sadar menangisi nasib tidak akan menyelesaikan masalah, yang diperlukan saat ini adalah berusaha dan berjuang. Kartini dikenal karena pemikiran, ide, dan gagasannya yang terekam dengan baik melalui surat-suratnya. Sebagian besar pemikiran dan gagasan Kartini didapat setelah berkorespondensi dengan sejumlah sahabat pena. Namanya dikenang sebagai salah satu pejuang perempuan karena tulisannya.
Riwayat perjuangan R.A. Kartini adalah inspirasi yang tak pernah habis bagi perempuan Indonesia. Terbayang bagaimana ketika dia terkurung, tetapi tetap berusaha dan berjuang melalui tulisannya. Demikian pula diriku, kamu, dia, mereka, kita sekarang ini, yang terkurung dalam rumah masing-masing dikarenakan adanya batasan-batasan akibat pandemic covid 19. Tetapi kurungan ini tidak menyurutkan semangat untuk tetap mengupgrade diri dan memberikan kontribusi kepada orang lain. Salah satunya dengan cara menulis. Menulis merupakan salah satu kegiatan yang tepat dalam mengaplikasikan social distancing dan physical distancing. Menulis dapat mengkreasikan sesuatu yang bermanfaat. Apalagi sekarang ini dengan teknologi yang berkembang pesat, menulis bisa tanpa pena dan tinta. Saat ini hanya dengan sentuhan ujung jari dapat digunakan untuk menulis, di laptop, HP atau gadget lainnya.
Raden Ajeng Kartini menjadi bukti bahwa seseorang dapat mengabadikan namanya dengan menulis. Namanya dikenang sebagai salah satu pejuang perempuan karena tulisannya.
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah." (Pramoedya Ananta Toer).
#AprilCahllengLagerunal
#Semangatmenulis
#Harike7denganG
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus