“Salam Oktober Bermakna”
Ini kisah tentang ibuku. Beliau sudah sepuh. Usia pastinya kurang tahu, karena dulu memang administrasi kependudukan tidak seperti sekarang ini. Tidak ada surat keterangan lahir, yang ada paling ketika seorang anak lahir ditulis di dinding lemari atau dinding rumah dengan alat tulis dari arang kayu. Ketika lemari atau dinding rumah sudah lapuk dan diganti, maka hilanglah catatan kelahiran seorang anak. Usia Ibu 75 tahun lebih jika kuperhitungkan dengan usia kakakku yang tahun 2018 lalu sudah pensiun diusia 60 tahun. Tanggal lahir yang di KTP Ibu kurasa tidak sepenuhnya valid.
Ibu kami tinggal bersama adik bungsu, karena memang dia yang masih tinggal di rumah orang tua. Yang lainnya bertiga termasuk aku tinggal di rumah masing-masing. Aku sendiri tinggal 35 Km jauhnya dari rumah ibu.
Benar kata orang. Jika usia sudah sepuh sebagian sikap laku akan kembali seperti anak-anak. Begitu juga dengan Ibu. Sekarang ini beliau suka melihat televisi. Melihat dan mendengar acara tausiyah, drama, dan tak terkecuali menonton iklan juga. Iklan yang dikemas dengan sangat bagus seringkali menarik perhatiannya. Seringkali ia ingin membeli sesuatu yang ada di iklan. Mulai dari obat-obatan sampai ke perkakas dapur. Kalau adik mengadu kekami kakak-kakaknya, beberapa dari keinginan Ibu kami kabulkan. Beberapa permintaan yang lain jika tidak bisa kami kabulkan kami jawab dengan senyum atau tertawa saja. Dan itulah yang terjadi kemarin. Kemarin Ibu bilang ke adik bahwa ia sangat ingin mencoba “kopi lembut”. Bukan ke adik saja ia bercerita tentang keinginannya, tapi ke saudara sepupu yang tinggal bertetanggaan juga. Tentu saja adik yang jarang melihat televisi karena selalu sibuk dengan cateringnya jadi bingung. “Kemana kucari kopi lembut” tulisnya di WAG keluarga. Kami yang baca hanya senyum, dalam kepalaku langsung terbayang bahwa Ibu pasti baru lihat iklan kopi, entah iklan kopi apa……..Ha….ha…ha, merasa digelitik aku jadi tertawa. Tetapi keinginan Ibu tetap aku pikirkan. “Dibuatkan saja Kopi Dalgona” pikirku. Kubilang pada putri bungsu agar besok pagi-pagi buatkan Dalgona Kopi untuk nenek, masukkan botol minum dan kirimkan pada nenek. Hari berikutnya pagi-pagi sekali putri bungsu sudah bikin Dalgona Kopi. 2 sachet kopi original, gula, dan sedikit air panas diaduk si putri di piring menggunakan saringan, cukup lama ia mengaduk sampai kopi, gula dan air menyatu menjadi kental. Campuran kopi yang sudah mengental dituangkan diatas cairan susu. Taraaa…..jadilah Dalgona Kopi ala putri bungsu kami. “Kopi Lembut” dimasukkan botol minum dan dititipkan pada ayahnya untuk dikirim pada nenek. “Kopi Lembut” itu berjalan 35 km jauhnya dari rumahku sampai ke rumah Ibu, dibawa oleh kurir khusus. Suamiku yang jadi kurir khususnya, karena memang sekalian bekerja ke kantornya.
Satu jam kemudian jam 07.15 WITA adikku mengirim berita di WAG keluarga bahwa Ibu senang sekali minum “Kopi Lembut” itu ditemani kwaci biji matahari.
#Day6AISEIWritingChallenge
Nenek pasti suka tuh dengan kopi kekinian saya sudah nyoba buat tapi belum sukses
BalasHapusInsyaAllah kopi yg sangat bernilai disisi Allah SWT..
BalasHapusAamiin
BalasHapusTerimakasih bapak/ibu yg sdah berkunjung
Sehat selalu datung dan nini <3
BalasHapusAamiin
BalasHapusSaya juga mau bu Hj kopi lembutnya
BalasHapus