“Salam Oktober Bermakna”
Tulisan hari ini tentang ketagihan yang diawali dengan terpaksa. Keterpaksaan yang berbuah manis. Yang kumaksudkan adalah tentang ketagihan menulis Bapak Profesor Eko Indrajit. Seperti yang beliau ceritakan pada kegiatan AISEI Writing Online 2 sesi 1, yang kutonton lagi acaranya melalui chanel youtube.
Bapak Profesor Eko Indrajit menceritakan, semasa SMA beliau “dipaksa” keadaan harus membaca dan menulis oleh guru Bahasa Indonesia yang fanatik pada karya-karya sastra. Pak Eko mendapat tugas wajib dalam satu bulan membuat synopsis buku karya sastra, jika tidak buat tidak naik kelas. Pak Eko membuktikan kemampuannya membaca dan menulis dengan memecahkan rekor di sekolahnya. Dalam 3 tahun membaca dan membuat synopsis 120 buah buku sastra, baik buku sastra karya pujangga baru maupun pujangga lama.
Berkat banyaknya membaca buku karya sastra beliau memiliki wawasan yang luas tentang kata, kalimat, puisi dan pantun. Ketika berpacaran beliau sering kirim puisi dan pantun untuk gadis idaman hati yang sekarang sudah menjadi istri beliau. Bahkan ketika melamar beliau menuliskan gurindam yang kata-katanya dimodifikasi.
Karena "dipaksa keadaan" juga beliau menuliskan buku-buku panduan maupun buku materi kuliah. Beliau menulis buku dari merangkum bermacam buku. Banyak sekali buku yang beliau tulis. Karena melihat karya beliau, menjadikan beliau sering diundang kemana-mana sebagai narasumber untuk kegiatan seminar dan lainnya. Sampai sekarang Bapak Eko Indrajit benar-benar sudah ketagihan menulis. “Tidak bisa tidur kalau belum menulis, menulis untuk hidup seribu tahun lagi” itu yang beliau katakan.
#hidupseributahundenganmenulis#
#Day4AISEIWritingChallenge
Dipaksa melakukan hal yang baik sampai akhirnya dgn sukarela terus melakukannyaa.. bagus yaaa
BalasHapusIya bu
BalasHapusSepertinya kita juga sekarang "memakasasukarela" menulis. Bagi saya "memaksasukarela" untuk hobby, juga untuk kegembiraan😊